Doa yang (langsung) Terjawab

Satu hari istirahat sepulangnya dari ibadah haji, Ibu harus segera ngantor ke sekolah. Malam sebelumnya kepala sekolah dan banyak guru datang ke rumah, menyambut kedatangan tamu Allah tersebut. Ada sebuh perbincangan yang Ibu memahaminya sebagai sebuah instruksi menarik “ Ibu besok kesekolah ya, ada sebuah pekerjaan yang harus dikerjakan dan tidak bisa dikerjakan selain oleh Ibu” tukas Ibu kepala sekolah. Disanalah letak menariknya, betapa bangganya seorang atas dirinya tatkala diri ini menjadi begitu berarti.

Ibu, menggagendakan jam 9 akan keberangkat kesekolah. Robi siap sedia untuk menjadi ojek atasnya. “bu udah jam ½ 9” Robi coba mengingatkan Ibu yang sedang sIbuk dengan aktivitas berbenahnya. Bagi Ibu, selepas kepulangan haji rumah berantakan sekali (terutama kamar Ibu), jadi Ibu tergerak untuk membereskannya. “jam ½ 10 aja ya, Ibu masih beres-beres”. Tak terasa ½ 10-pun berlalu tapi pekerjaan beres kamar tersebut belum juga selesai. Kami akhirnya berangkat dari rumah jam 11 siang. Bahkan pekerjaan rumah tersebut belum selesai!. Jadi Ibu mengagendakan untuk kembali jam 1 siang. “ jemput Ibu disekolah jam 1 ya de”. Ok..ok. selepas dari bengkel motor Robi akan segera menjemput Ibu. karena dirumah jadi tugasnya memang birul walidain! Ibu membutuhkan Robi kapanpun insyaAllah Robi siap. Termasuk pergi kebengkel adalah dalam rangka untuk mem-fitkan kondisi motor Ibu.Jam 13.30 motor baru selesai, kemudian Robi langsung melesat menuju sekolah atau kantor Ibu. Suara-suara hati “wah pasti Ibu sudah menanti”. Ternyata hatiku berbohong alias salah menduga, Ibu minta dijemput kembali ba’da ashar karena pekerjaan belum selesai. Sebab senggang, Robi memutuskan goes to supermarket. Lagi ngidam makan buah, jadi tergerak untuk belanja. Robi look at-look at, berbagai macam buat di supermarket tersebut untuk kemudian dijadikan pilihan. Melon, apel, jeruk, semangka, sawo, nangka, salak (tek), mata itu berhenti di tumpukan buah salak (bukan karena ingin membeli salak). “wow, Rp 995 per ons”. Otak bisnis itu langsung bekerja. Di jogja harga pasaran Cuma 3000 rb/ kg, bahkan dari petani bisa Rp 2500/ kg. Artinya bila menjual dengan harga Rp 7500 (aja) Robi sudah untuk 5000 per kg. Kalau Robi bawa 1 kuintal aja berarti sudah untung Rp. 500.000-an. Hitung-hitungan matematis terus menggeliat diotak. Pikir, bisa pulang jogja-jakarta dengan gratis terus nich. Terus terbesit ide ngajak temen-temen jogja ke Jakarta, bikin feel trip bag packer dengan tema “ cara seru ke Jakarta ga pake uang”. Hahaha yuuk kita jualan salak. Setelah lelah berputar-putar dan menimbang akhirnya diputuskan untuk beli Apel. Apel Washington rp 2210/ ons. Dibayar di casher Rp 8635 untuk satu buah apel ukuran tiga genggam. Habis belanja buah Robi juga belanja buku ditoko buku-buku bekas. Berhasil mendapatkan 2 buku dan puas Robi memutuskan pulang.

Sambil menunggu ashar untuk jemput Ibu, baca buku yang baru saja dibeli menjadi pilihan aktivitas. Buku berjudul TrIbute to mom yang dibeli dengan harga 10 rIbu rupiah saja menjadi pilihan. Buku tersebut merupakan Antologi tulisan dari banyak penulis, gola gong, sakti wibowo et all. Membaca memang membuat waktu cepat berlalu, termasuk karena membaca kita bisa tertidur karenanya. (Hahahha itu sich bukan cepatnya waktu berlalu karena membaca , tapi karena tidur:). Adzhan ashar Robi kemasjid dan kemudian berniat selepas itu bergegas untuk menjemput Ibu. Selepas ashar telepon rumah berdering. Dari sebrang sana suara itu berucap “ De, Ibu pulangnya nanti ya. Tidak usah dijemput sekarang”. Tak perlu dijelaskan lagi Ibu masih banyak pekerjaaan, maklum important person ( bangga dech Robi ama Ibu). Dilain sisi ada juga kecewa, akan Ibu yang terus saja membatalkan kesepakatan waktu dengan Robi, termasuk membatalkan keinginannya untuk membereskan kamar. Ternyata Ibu ke sekolah memang belum tahu apa yang harus beliau kerjakan. Setelah tahu dan dijalani banyak sekali yang harus dikerjakan oleh orang sekelas Ibu. Maklum SMP satu pamulang yang merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ini, sedang berusaha untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9001 : 2000.

Karena tahu Ibu akan pulang malam, Robi menawarkan Ibu untuk take a dinner pada malam tersebut. Romantic dinner with my mom J. Sms akan tawaran tersebut berhasil terkirim, message recieved. Kring..kring..kring “ halo, assalammualaikum”. Bersambut seruan do’a “wa’alaikum salam” telpon kembali datang dari bunda tercinta. “ Robi sudah lapar ya?” Tanya Ibu menyelidik karena Robi mengajak Ibu dinner. “nanti Robi beli makan saja, Ibu makan disekolah!” Deg, jantung ini rasanya tertohok belati ( hahaha hiperbola banget). Jerit hati “ mamih lebih memilih makan malam dengan orang lain ketimbang makan dengan anaknyaL”. Dengan perasaan “kesal” dan ingin mengingatkan Ibu bahwa ada hal essensial yang ingin diwujudkan dalam tawaran makan malam tersebut, yang tidak sekedar upaya memenuhi perut. Kemudian Robi berkirim sms. “ I’m not hungry yet, I just want to take dinner with my mom. Ok, ok. Maybe next time! We will take a dinner, also with my sister and her family”. Sms itu berbalas dan nampaknya cukup menyentuh hati bunda “ ok, picked me up on 8 p.m o’clock”. “siipJ give me a permit, I will pay for a dinner” demikian balasku coba mengungkapkan betapa antusiasnya aku menyambut hadirnya malam nanti. Walaupun memang agak kurang sempurna, karena makan malam karena tidak disertai dengan Teteh, mas Hendra (suami teteh) dan Salsa (keponakanku tercinta). Kuberdoa, Maybe next tim, will be realized. Toch, kita sudah pernah melakukannya dan insyaAllah tidak sulit untuk melakukannya kembali. Tinggal tunggu waktu. I will wait for that time.

Doa Itu Langsung Terjawab

Waktu shalat isya di Jakarta begitu larut, pukul 19.30 kami baru memulai shalat. Terasa larut, karena berbeda dengan Jogjakarta yang waktu shalat datangnya lebih awal (meskipun sebenarnya hanya selang sekitar 10 menit). Selepas salam tahiyat akhir kulihat jam sudah menunjukkan pukul 19.45, berdoa kupercepat agar Ibu tidak menunggu-nunggu. Selesai berdoa kulangsung berbalik badan, tak di anya Ku tangkap sosok dibelakang shaf wanita, Teteh rupanya. Teteh menyamper Robi kemasjid, karena tak bisa masuk kerumah. Sebab shalat isya, pintu dan pagar Robi kunci “ safety first” demikian pesan abang yang memang bekerja diurusan safety. Dengan mobil Suzuki katana nya, Teteh datang bersama mas Hendra dan Salsa.

Subhanallah, maka nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan? Bait-bait Ar-rahman itu terlantun menegur. Teteh datang kerumah untuk menggelar makan malam dirumah. Bebek panggang menu special yang dibawa Teteh untuk menjadi santap malam kami. Scenario siapa ni? Robi tak menghubungi Teteh, tidak juga mas Hendra untuk menawarkan mereka makan malam. Ini merupakan scenario Allah untuk memberikan kebahagiaan bagi hambanya. Kebahagiaan yang datang dengan cara yang tidak pernah mereka duga-duga. Kemudian motor tancap gas! Segera menjemput Ibu disekolah, untuk melaksanakan makan malam yang berbeda dari yang sudah kami berdua plan-kan sebelumnya.

Bebek goreng, nasi tutug oncom, nasi merah, ayam, daging, kredok, tahu, tempe, lalap, sambal tentunya. Itu semua, menjadi menu kedua dari santap malam utama kami yaitu berbincang-bincang. Salsa pun tak mau ketinggalan, ia makan “regal berkah” regal yang dibawa Ibu selama umrah di mekkah. Nikmat luar biasa ya Allah, jamuan makan malam yang engkau berikan pada kami. Ya Allah, jadikan kami ummat yang senantiasa bersykur. Ummat yang dijanjikan oleh Mu, akan mendapat kejutan-kejutan lain yang merupakan scenario-Mu.

Rumah, 28 Desember 2008
>>

0 Response to "Doa yang (langsung) Terjawab"

Posting Komentar