Tampilkan postingan dengan label Kisah Motivasi (Nyata). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Motivasi (Nyata). Tampilkan semua postingan

Bahagia Mengarungi Kehidupan

Perasaan kita yang dipenuhi dengan kepastian bahwa hidup ini sangat berarti, merupakan benteng terhadap masalah kesehatan saat usia senja. Manusia bahkan mampu mengatasi situasi ekstrem berat, jika ia yakin hidupnya bermakna. Studi terbaru membuktikan, bahwa percaya terhadap makna hidup tidak hanya menguatkan jiwa, bahkan menjauhkan penyakit mengerikan seperti Alzheimer pada lansia. Tim peneliti yang diketuai Dr. Patricia Boyle dari Rush University Medical Center sudah menelorkan hasil riset yang membenarkan hal tersebut
Sekitar 1000 responden dari Proyek Rush Memory and Aging menguatkan temuan baru itu. Semakin banyak seseorang meyakini makna dalam hidupnya, kian jarang ia terkena penyakit kelupaan alias Alzheimer. Sekitar 10% responden dengan nilai tertinggi dalam meyakini makna hidupnya akan punya kesempatan 2,5 kali lebih besar tidak terserang penyakit mengerikan tersebut. Hasil penelitian itu telah dimuat di majalah psikiatri Archives of General Psychiatry.

Pemenuhan tujuan hidup seseorang merupakan sebuah dimensi kebahagiaan, selain pertumbuhan kepribadian, hubungan baik dengan sesama, dan rasa aman menghadapi sekolah kehidupan. Supaya dapat menentukan akibatnya, maka perasaan suatu makna kehidupan harus dapat diukur. Demikian pendapat Dr.Carol Ryff yang mengepalai Institute of Aging di University of Wisconsin. Makna kehidupan dapat diketahui dengan tes kecil yang respondennya mengiayakan pernyataan seperti “aku senang untuk merancang masa depan dan bekerja guna realisasinya”.

>> Selengkapnya...

Antara Cinta dan Tulus

Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronik. Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup ‘cool’. Setidaknya itu pendapat para gadis yang kenal dengan dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah dipromosikan ke posisi manager. Gaji-nya pun lumayan besar. Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman-teman kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan gadis-gadis muda. Bahkan putri pemilik perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.Dirumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini betul-betul seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah ibu kandung A Be. Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan rutin layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (dengan memakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu-satunya, A be.

Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau kolega bisnis yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. “Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung saja, kasihan.. ” jawab A be. Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja Ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah.

Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali mencari pembantu, kalaupun ada mahal sekali). Hal ini membuat A be jadi BT (bad temper) dan uring-uringan dirumah.

Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari Ibunya, A be melihat sebuah box kecil. Didalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran ‘postcard’ itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun. Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa di bendung. Dengan menggenggam foto dan Koran usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang Ibu-pun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. ”Yang sudah, ya sudah Nak, Ibu sudah memaafkan. Jangan diungkit-ungkit lagi ya.. ”

Setelah ibunya sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja ke supermarket. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek, tidak mempedulikannya. Ia tak merasa malu sedikitpun atas kondisi Ibunya, sebaliknya ia merasa begitu bangga telah memiliki seorang Ibu yang memiliki cinta dan kasih nan tulus, selain Ibunya juga seorang pahlawan.

"Duhai sahabat yang masih mempunyai Ibu (Mama atau Mami atau Ummi) di rumah, biar bagaimanapun kondisinya, segera bersimpuh di hadapannya. Selagi masih ada waktu dan kesempatan, doakan beliau dan berbaktilah semampu kita. Jangan sia-sia kan budi baik ibu serta jasa dan pengorbanan beliau selama ini, yang telah merawat dan membesarkan kita tanpa pamrih. Sedang bagi sahabat yang Ibunya sudah meninggal, segeralah kunjungi makamnya. Doakan dengan setulus hati, serta pohonkan ampunan-Nya untuk Ibu. Agar dilapangkan kuburnya, dan dimudahkan jalannya menuju surga Allah yang seluas langit an bumi. Sungguh, kasih seorang ibu begitu mulia, tak terbalas sampai kapanpun."
>> Selengkapnya...

Tuhan, Beri Aku Waktu 1 Jam Saja

Los Felidas adalah nama sebuah jalan di ibu kota sebuah negara di Amerika Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh diseluruh kota .Ada sebuah kisah yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang, dan itu dimulai dari kisah seorang pengemiswanita yang juga ibu seorang gadis kecil.
Tidak seorangpun yang tahu nama aslinya, tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa ia bukan penduduk asli disitu, melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya.
Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka, dan belum setahun mereka di kota itu, mereka kehabisan seluruh uangnya, dan pada suatu pagi mereka sadar bahwa mereka tidak tahu dimana mereka tidur malam nanti dan tidak sepeserpun uang ada dikantong. Padahal mereka sedang menggendong bayi mereka yang
berumur 1 tahun. Dalam keadaan panik dan putus asa, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya, dan akhirnya tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing sebuah toko
seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh. Saat itu angin Desember bertiup kencang, membawa titik-titik air yang dingin. Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu, sang suami berkata: “Saya harus meninggalkan kalian sekarang. Saya harus mendapatkan pekerjaan, apapun, kalau tidak malam nanti kita akan tidur disini.”
Setelah mencium bayinya ia pergi. Dan ia tidak pernah kembali.Tak seorangpun yang tahu pasti kemana pria itu pergi, tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika.Selama beberapa hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suami nya, dan bila malam tidur di emperan toko itu. Pada hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu,orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil, dan jadilah mereka pengemis di sana selama 6 bulan berikutnya.
Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit dan memutuskan untuk bekerja.Masalahnya adalah di mana ia harus menitipkan
anaknya, yang kini sudah hampir 2 tahun, dan tampak amat cantik jelita. Tampaknya tidak ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu disitu dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka. Suatu pagi ia berpesan pada anak gadisnya, agar ia tidak kemana-mana, tidak ikut siapapun yang mengajaknya pergi atau menawarkan gula-gula. Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak ditempat.”Dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, dan kita
tidak lagi tidur dengan angin di rambut kita”.
Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan.Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong, dan membaringkan
anak nya dengan hati-hati di dalamnya.Di sebelahnya ia meletakkan sepotong roti. Kemudian, dengan mata basah ibu itu menuju kepabrik sepatu, di mana ia bekerja sebagai pemotong kulit. Begitu lah kehidupan mereka selama beberapa hari, hingga di kantong sang Ibu kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh. Dengan suka cita ia menuju ke penginapan orang-orang miskin itu, dan membayar uang muka sewa kamarnya. Tapi
siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa, dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota . Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru, membedaki wajahnya, menyisir rambutnya dan
membawanya ke sebuah rumah mewah dipusat kota . Di situ gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun. Mereka memberi nama anak gadis itu Serrafona, dan mereka memanjakannya dengan amat sangat. Di tengah-tengah kemewahan istana itulah gadis kecil itu tumbuh dewasa. Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga, menulis puisi dan bermain piano.Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas, dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun ia pergi.
Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya,dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat.
Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita, yang pandai bermain piano,yang aktif di gereja, dan yang sedang menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah figur gadis yang menjadi impian tiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang welas asih, yang bernama Geraldo. Setahun setelah perkimpoian mereka, ayahnya wafat,dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga dan istana yang paling megah di kota itu.Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27, sesuatu terjadi yang merubah kehidupan wanita itu.Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi, dan di laci meja kerja ayah nya ia melihat selembar foto seorang anak bayi yang digendong sepasang suami istri. Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh, dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus, karena walaupun wajahnya dilapisi bedak tetapi rambutnya tetap kusam. Sesuatu ditelinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mengambil kaca pembesar dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu. Kemudian ia membuka lemarinya sendiri, dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni.
>> Selengkapnya...

Doa yang (langsung) Terjawab

Satu hari istirahat sepulangnya dari ibadah haji, Ibu harus segera ngantor ke sekolah. Malam sebelumnya kepala sekolah dan banyak guru datang ke rumah, menyambut kedatangan tamu Allah tersebut. Ada sebuh perbincangan yang Ibu memahaminya sebagai sebuah instruksi menarik “ Ibu besok kesekolah ya, ada sebuah pekerjaan yang harus dikerjakan dan tidak bisa dikerjakan selain oleh Ibu” tukas Ibu kepala sekolah. Disanalah letak menariknya, betapa bangganya seorang atas dirinya tatkala diri ini menjadi begitu berarti.

Ibu, menggagendakan jam 9 akan keberangkat kesekolah. Robi siap sedia untuk menjadi ojek atasnya. “bu udah jam ½ 9” Robi coba mengingatkan Ibu yang sedang sIbuk dengan aktivitas berbenahnya. Bagi Ibu, selepas kepulangan haji rumah berantakan sekali (terutama kamar Ibu), jadi Ibu tergerak untuk membereskannya. “jam ½ 10 aja ya, Ibu masih beres-beres”. Tak terasa ½ 10-pun berlalu tapi pekerjaan beres kamar tersebut belum juga selesai. Kami akhirnya berangkat dari rumah jam 11 siang. Bahkan pekerjaan rumah tersebut belum selesai!. Jadi Ibu mengagendakan untuk kembali jam 1 siang. “ jemput Ibu disekolah jam 1 ya de”. Ok..ok. selepas dari bengkel motor Robi akan segera menjemput Ibu. karena dirumah jadi tugasnya memang birul walidain! Ibu membutuhkan Robi kapanpun insyaAllah Robi siap. Termasuk pergi kebengkel adalah dalam rangka untuk mem-fitkan kondisi motor Ibu.Jam 13.30 motor baru selesai, kemudian Robi langsung melesat menuju sekolah atau kantor Ibu. Suara-suara hati “wah pasti Ibu sudah menanti”. Ternyata hatiku berbohong alias salah menduga, Ibu minta dijemput kembali ba’da ashar karena pekerjaan belum selesai. Sebab senggang, Robi memutuskan goes to supermarket. Lagi ngidam makan buah, jadi tergerak untuk belanja. Robi look at-look at, berbagai macam buat di supermarket tersebut untuk kemudian dijadikan pilihan. Melon, apel, jeruk, semangka, sawo, nangka, salak (tek), mata itu berhenti di tumpukan buah salak (bukan karena ingin membeli salak). “wow, Rp 995 per ons”. Otak bisnis itu langsung bekerja. Di jogja harga pasaran Cuma 3000 rb/ kg, bahkan dari petani bisa Rp 2500/ kg. Artinya bila menjual dengan harga Rp 7500 (aja) Robi sudah untuk 5000 per kg. Kalau Robi bawa 1 kuintal aja berarti sudah untung Rp. 500.000-an. Hitung-hitungan matematis terus menggeliat diotak. Pikir, bisa pulang jogja-jakarta dengan gratis terus nich. Terus terbesit ide ngajak temen-temen jogja ke Jakarta, bikin feel trip bag packer dengan tema “ cara seru ke Jakarta ga pake uang”. Hahaha yuuk kita jualan salak. Setelah lelah berputar-putar dan menimbang akhirnya diputuskan untuk beli Apel. Apel Washington rp 2210/ ons. Dibayar di casher Rp 8635 untuk satu buah apel ukuran tiga genggam. Habis belanja buah Robi juga belanja buku ditoko buku-buku bekas. Berhasil mendapatkan 2 buku dan puas Robi memutuskan pulang.

Sambil menunggu ashar untuk jemput Ibu, baca buku yang baru saja dibeli menjadi pilihan aktivitas. Buku berjudul TrIbute to mom yang dibeli dengan harga 10 rIbu rupiah saja menjadi pilihan. Buku tersebut merupakan Antologi tulisan dari banyak penulis, gola gong, sakti wibowo et all. Membaca memang membuat waktu cepat berlalu, termasuk karena membaca kita bisa tertidur karenanya. (Hahahha itu sich bukan cepatnya waktu berlalu karena membaca , tapi karena tidur:). Adzhan ashar Robi kemasjid dan kemudian berniat selepas itu bergegas untuk menjemput Ibu. Selepas ashar telepon rumah berdering. Dari sebrang sana suara itu berucap “ De, Ibu pulangnya nanti ya. Tidak usah dijemput sekarang”. Tak perlu dijelaskan lagi Ibu masih banyak pekerjaaan, maklum important person ( bangga dech Robi ama Ibu). Dilain sisi ada juga kecewa, akan Ibu yang terus saja membatalkan kesepakatan waktu dengan Robi, termasuk membatalkan keinginannya untuk membereskan kamar. Ternyata Ibu ke sekolah memang belum tahu apa yang harus beliau kerjakan. Setelah tahu dan dijalani banyak sekali yang harus dikerjakan oleh orang sekelas Ibu. Maklum SMP satu pamulang yang merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ini, sedang berusaha untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9001 : 2000.

Karena tahu Ibu akan pulang malam, Robi menawarkan Ibu untuk take a dinner pada malam tersebut. Romantic dinner with my mom J. Sms akan tawaran tersebut berhasil terkirim, message recieved. Kring..kring..kring “ halo, assalammualaikum”. Bersambut seruan do’a “wa’alaikum salam” telpon kembali datang dari bunda tercinta. “ Robi sudah lapar ya?” Tanya Ibu menyelidik karena Robi mengajak Ibu dinner. “nanti Robi beli makan saja, Ibu makan disekolah!” Deg, jantung ini rasanya tertohok belati ( hahaha hiperbola banget). Jerit hati “ mamih lebih memilih makan malam dengan orang lain ketimbang makan dengan anaknyaL”. Dengan perasaan “kesal” dan ingin mengingatkan Ibu bahwa ada hal essensial yang ingin diwujudkan dalam tawaran makan malam tersebut, yang tidak sekedar upaya memenuhi perut. Kemudian Robi berkirim sms. “ I’m not hungry yet, I just want to take dinner with my mom. Ok, ok. Maybe next time! We will take a dinner, also with my sister and her family”. Sms itu berbalas dan nampaknya cukup menyentuh hati bunda “ ok, picked me up on 8 p.m o’clock”. “siipJ give me a permit, I will pay for a dinner” demikian balasku coba mengungkapkan betapa antusiasnya aku menyambut hadirnya malam nanti. Walaupun memang agak kurang sempurna, karena makan malam karena tidak disertai dengan Teteh, mas Hendra (suami teteh) dan Salsa (keponakanku tercinta). Kuberdoa, Maybe next tim, will be realized. Toch, kita sudah pernah melakukannya dan insyaAllah tidak sulit untuk melakukannya kembali. Tinggal tunggu waktu. I will wait for that time.

Doa Itu Langsung Terjawab

Waktu shalat isya di Jakarta begitu larut, pukul 19.30 kami baru memulai shalat. Terasa larut, karena berbeda dengan Jogjakarta yang waktu shalat datangnya lebih awal (meskipun sebenarnya hanya selang sekitar 10 menit). Selepas salam tahiyat akhir kulihat jam sudah menunjukkan pukul 19.45, berdoa kupercepat agar Ibu tidak menunggu-nunggu. Selesai berdoa kulangsung berbalik badan, tak di anya Ku tangkap sosok dibelakang shaf wanita, Teteh rupanya. Teteh menyamper Robi kemasjid, karena tak bisa masuk kerumah. Sebab shalat isya, pintu dan pagar Robi kunci “ safety first” demikian pesan abang yang memang bekerja diurusan safety. Dengan mobil Suzuki katana nya, Teteh datang bersama mas Hendra dan Salsa.

Subhanallah, maka nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan? Bait-bait Ar-rahman itu terlantun menegur. Teteh datang kerumah untuk menggelar makan malam dirumah. Bebek panggang menu special yang dibawa Teteh untuk menjadi santap malam kami. Scenario siapa ni? Robi tak menghubungi Teteh, tidak juga mas Hendra untuk menawarkan mereka makan malam. Ini merupakan scenario Allah untuk memberikan kebahagiaan bagi hambanya. Kebahagiaan yang datang dengan cara yang tidak pernah mereka duga-duga. Kemudian motor tancap gas! Segera menjemput Ibu disekolah, untuk melaksanakan makan malam yang berbeda dari yang sudah kami berdua plan-kan sebelumnya.

Bebek goreng, nasi tutug oncom, nasi merah, ayam, daging, kredok, tahu, tempe, lalap, sambal tentunya. Itu semua, menjadi menu kedua dari santap malam utama kami yaitu berbincang-bincang. Salsa pun tak mau ketinggalan, ia makan “regal berkah” regal yang dibawa Ibu selama umrah di mekkah. Nikmat luar biasa ya Allah, jamuan makan malam yang engkau berikan pada kami. Ya Allah, jadikan kami ummat yang senantiasa bersykur. Ummat yang dijanjikan oleh Mu, akan mendapat kejutan-kejutan lain yang merupakan scenario-Mu.

Rumah, 28 Desember 2008
>> Selengkapnya...